Minggu, 09 Desember 2018

Analisis Pengangguran Terbuka terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Oleh : Deasy Ayu Rahma Putri (17081194066)
Jurusan Ilmu Ekonomi 
Universitas Negeri Surabaya


Pengertian Pengangguran
Menurut Sukirno (1994), pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut Syamsudin dan Setyawan (2006) dalam jurnalnya, pengangguran di Indonesia diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, pertama, pengangguran terbuka, yaitu seluruh angkatan kerja yang mencari  kerja, baik para pencari kerja baru, maupun mereka yang sebelumnya pernah bekerja. Kedua, setengah pengangguran, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu (BPS, 2006).
Penyebab Pengangguran Terbuka
Sedikitnya ada tiga hal yang menjadi alasan utama kenapa lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, mutu dan relevansi kurikulum pendidikan dan pasar kerja (Tilaar, 2002).
Upaya Mengurangi Pengangguran
Beberapa bentuk upaya yang dapat mengurangi pengangguran antara lain :
  1. Membekali dengan pendidikan dan skill supaya dapat sesuai dengan kebutuhan pasar.
  2. Pelatihan-pelatihan yang dibuat oleh pemerintah dapat meningkatkan keterampilan.
  3. Pengembangan objek wisata yang dibantu oleh pemerintah akan menumbuhkan jiwa wirausaha dan mandiri.
  4. Wisata kuliner yang didorong oleh pemerintah dapat membantu meningkatkan perekonomian.
  5. Pemerintah harus dapat membuat investor untuk mau berinvestasi di Indonesia (Arsyad,1999).
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat yang berhimbas pada minimnya angka pengangguran. Menurut Seran (2017) dalam jurnalnya, “Pertumbuhan ekonomi, akan menciptakan investasi, membuka lapangan kerja, menyerap angkatan kerja, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan penduduk. Mutu modal manusia yang berkualitas tinggi dan menguasai teknologi dapat menghasilkan nilai tambah (value added) dan mendorong pertumbuhan ekonomi” (Kort, M.P 2002:539).
 
Analisis Pengangguran Terbuka Terhadap Perekonomian Indonesia
    Semakin bertambahnya tahun, pengangguran di Indonesia juga terus bertambah. Menurut Sukirno (1994), “Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.” Pengangguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak mendapat pekerjaan. Pengangguran yang semakin menambah ini salah satunya “disumbangkan” oleh para lulusan perguruan tinggi. 
   Menurut Syamsudin dan Setyawan (2006) dalam jurnalnya, pengangguran di Indonesia diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, pertama, pengangguran terbuka, yaitu seluruh angkatan kerja yang mencari  kerja, baik para pencari kerja baru, maupun mereka yang sebelumnya pernah bekerja. Kedua, setengah pengangguran, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu (BPS, 2006). Setiap tahunnya ada ribuan lulusan atau fresh graduate dari berbagai tingkatan di perguruan tinggi di Indonesia dan menjadi pengangguran terbuka. Menurut Tilaar (2002), “Sedikitnya ada tiga hal yang menjadi alasan utama kenapa lulusan perguruan tinggi banyak yang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, mutu dan relevansi kurikulum pendidikan dan pasar kerja”.
  Lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia hanya terbatas dan tidak dapat menampung semua lulusan yang semakin tahun semakin bertambah. Lapangan pekerjaan yang sedikit tersebut membuat kondisi ekonomi masyarakat semakin menurun. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat yang berhimbas pada minimnya angka pengangguran.
  Para pengangguran terbuka harus mencari jalan baru untuk meningkatkan perekonomian mereka yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Salah satunya yaitu membuat usaha sendiri atau berwiraswasta sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Dengan begitu pengangguran terbuka akan berkurang dan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Menurut Seran (2017) dalam jurnalnya, “Pertumbuhan ekonomi, akan menciptakan investasi, membuka lapangan kerja, menyerap angkatan kerja, yang pada gilirannya akan mengurangi kemiskinan penduduk. Mutu modal manusia yang berkualitas tinggi dan menguasai teknologi dapat menghasilkan nilai tambah (value added) dan mendorong pertumbuhan ekonomi” (Kort, M.P 2002:539). Selain itu, ada beberapa bentuk upaya yang dapat mengurangi pengangguran antara lain :
  1. Membekali dengan pendidikan dan skill supaya dapat sesuai dengan kebutuhan pasar.
  2. Pelatihan-pelatihan yang dibuat oleh pemerintah dapat meningkatkan keterampilan.
  3. Pengembangan objek wisata yang dibantu oleh pemerintah akan menumbuhkan jiwa wirausaha dan mandiri.
  4. Wisata kuliner yang didorong oleh pemerintah dapat membantu meningkatkan perekonomian.
  5. Pemerintah harus dapat membuat investor untuk mau berinvestasi di Indonesia (Arsyad,1999).
  Dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan tersebut, para pengangguran khususnya pengangguran terbuka akan dapat meningkatkan perekonomian mereka sehingga jumlah pengangguran akan berkurang dan pertumbuhan perekonomian Indonesia pun akan semakin meningkat.


Daftar Pustaka
Arsyad, Lincolin. (1997). Ekonomi Pembangunan. Penerbitan STIE-YKPN: Yogyakarta.
Tilaar, HAR. (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan. Gramedia: Jakarta.
Seran, Sirilius. (2017). Hubungan Antara Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi dengan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol 10(2) pp 59-71.
Sukirno, Sadono. (1994). Pengantar Ekonomi Makro. Raja Grasindo Perseda: Jakarta.
Syamsudin., Setyawan, A.A. (2008). Foreign Direct Invesment (FDI), Kebijakan Industri, dan Masalah Pengangguran: Studi Empirik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9(1) pp 107-119.


0 komentar:

Posting Komentar